BeritaNu News

Silaturahmi Dai dan Khatib di Tuban untuk Penguatan Islam Wasathiyah

Tuban, PCNU Online
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tuban menyelenggarakan acara silaturahmi bagi para dai dan khatib dengan tema “Penguatan Islam Wasathiyah untuk Indonesia Damai.” Pertemuan ini diadakan di Ruang PLHUT Kantor Kemenag Tuban dan dihadiri oleh berbagai tokoh agama dari berbagai elemen masyarakat, termasuk NU, Muhammadiyah, BWI, MUI, DMI, FKUB, LDII, PC Muslimat, PD Aisyah, Fatayat, Ansor, perwakilan Ketua KUA, kepala satuan kerja, penyuluh agama Islam, lembaga pendidikan Islam, para dai, dan khatib, dengan jumlah undangan sekitar 100 orang, Rabu (26/06/2024).

Kepala Kemenag Tuban, Bu Umi Kulsum, dalam sambutannya berharap agar silaturahmi tetap terjalin dengan semua stakeholder di Kabupaten Tuban, sehingga bisa terwujud Islam yang moderat, yang wasathiyah, di lingkungan Kabupaten Tuban.

Acara pembukaan ini ditutup dengan deklarasi anti-intoleransi, radikalisme, dan terorisme oleh seluruh peserta yang hadir, serta doa bersama.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi dialog yang diisi oleh tiga narasumber, yaitu AKBP H. Moh Dzofir S.Ag., S.H., M.H. (Kasubdit Kontra Narasi Direktorat Densus 88 Mabes Polri), KH Ahmad Damanhuri, S.Pd. (Ketua PCNU Kabupaten Tuban), dan Bapak Moh Saifuddin Umar, Lc. (mantan narapidana teroris yang pernah tertangkap pada tahun 2004 dan 2014).

Dalam pemaparannya, AKBP H. Moh Dzofir menjelaskan tentang strategi pencegahan intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme (IRET). Beliau menjelaskan ada tiga pencegahan dalam tubuh Polri, yaitu kontra ideologi, kontra radikal, dan kontra narasi. Beliau juga memaparkan strategi agar Tuban damai tanpa adanya kekerasan yang muncul dari sikap intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.

Sebagai pemateri kedua, KH Ahmad Damanhuri menjelaskan cara agar kita tidak menjadi radikal dengan tidak menggunakan prinsip “pokoke” dan tidak mengklaim benar sendiri, sebagaimana tersirat dalam Al-Quran Surat Az-Zumar ayat 12: “yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” Dengan menerapkan kandungan ayat tersebut, kita bisa menjadi umat yang wasathiyah sebagaimana wasathiyah yang juga telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Sebagai pemateri terakhir, Bapak Moh Saifuddin Umar, Lc. menceritakan masa-masa dimana beliau berproses hingga dalam dirinya tertanam sikap radikal, bahkan hingga menjurus pada tindakan teror. Beliau berbagi cerita tentang belajar dari orang-orang jihadi kalangan atas di Afghanistan dan Pakistan, bahkan hingga ke Osama bin Laden. Beliau juga bercerita mengapa setelah tertangkap pada tahun 2004 dan bebas dari hukuman, beliau masih bisa terjerumus lagi pada paham-paham radikalisme. Hingga akhirnya, beliau bisa benar-benar terlepas dari paham radikalisme saat negara ikut hadir dalam membimbing dan mengarahkan para mantan napiter.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button