Penerapan Ecoliteracy dalam Menanggulangi Ilegal Fishing dan Ekosistem Laut Indonesia

Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى: ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ. وقَالَ تَعَالَى: وَهُوَ الَّذِيْ سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوْا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَاۚ وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِه وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ .
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah taala
Dalam kesempatan yang mulia ini, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah taala yang telah memberikan kenikmatan jasmani, rohani dan terlebih kenikmatan iman dan Islam.
Dalam al Qur’an surat al-Nahl:114 Allah taala telah berfirman:
وَّاشْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ ١١٤ ( النحل/16: 114)
Artinya: Syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya (An-Nahl/16:114)
Dalam konteks ayat di atas, kita sebagai hambanya yang benar-benar menyembah Allah, senyatanya diperintahkan untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan. Termasuk bagian dari syukur tersebut, sepantasnya kita meningkatkan ketakwaan dengan menjalankan berbagai hal yang telah Allah perintahkan dan tidak mengerjakan segala hal yang Allah larang.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah taala
Dalam konsep makna syukur, terdapat sebuah anjuran untuk berterima kasih atas nikmat yang telah diberikan. Salah satunya adalah bersyukur atas kekayaan laut yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Namun, kita tahu bahwa masih banyak orang yang kurang memperdulikan ekosistem laut dengan mencoba melakukan hal-hal negatif, baik berada di sekitar atau di dalam laut.
Sebagai contohnya, dikutip dari kompas.com menyatakan, illegal fishing atau kian dikenal dengan penangkapan ikan secara ilegal masih marak terjadi. Pada beberapa waktu silam, kapal MV Hai Fa ditangkap di perairan Wanam, Merauke Papua atas dugaan mencuri ikan dengan total 800, 658 Ton ikan beku, 100,044 Ton udang beku, 66 Ton ikan hiu martil dan ikan hiu koboi yang dilindungi serta dilarang untuk diperjualbelikan di luar negeri.
Bahkan, kapal tersebut diduga sudah 7 kali beraksi dalam aktivitasnya hingga diprakirakan kerugian negara mencapai 70 miliar rupiah. Padahal, apabila kita tahu, mengutip dari salah satu jurnal dinamika sosial budaya, Indonesia memilki sekitar 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut dan 550 spesies biota terumbu karang. 37% jenis spesies ikan di dunia bisa ditemukan di Indonesia dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah taala
Melihat problematika di atas, kita bisa mengerti bahwa Indonesia adalah negara maritim yang kaya dengan adanya ekosistem laut, namun warga negara Indonesia belum maksimal untuk menjaga ekosistem yang ada. Dalam menanggulangi hal tersebut, salah satu terobosan yang bisa dilakukan adalah menerapkan Ecoliteracy yang artinya kemampuan individu untuk memahami betapa pentingnya ekologi.
Hadirnya Ecoliteracy mengingatkan kembali kepada manusia akan pentingnya kesinambungan kelestarian lingkungan. Lingkungan yang dimaksud mengarah pada menjaga ekosistem laut agar tidak mudah dirusak dengan mengambil ikan secara ilegal dan merugikan lingkungan sekitar lautan. Dalam hal ini konsep ecolitercy didasarkan pada beberapa dalil dan ibarot, seperti firman Allah taala dalam QS. al-Rum: 41
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar), Q.S. Ar-Rum: 41.
Dalam Tafsir al-Baidhowy Juz 1 karangan imam Nashiruddin Abu Said bin Abdillah bin Umar bin Muhammad al-Syairozy al Baidhowy menegaskan, makna dari dzoharo al fasad fi al barri wa al bahri salah satunya adalah katsroh al-ghoroq dan katsroh al-madhor yang berarti memperbanyak menenggelamkan sesuatu di dalam laut dan memperbanyak kerusakan yang seharusnya tidak dilakukan di dalamnya.
Terlebih, manusia membuat kerusakan tersebut atas perlakukan tangan mereka sendiri yang di dalam kitab Tafsir al-Baidhowy diredaksikan dengan bi syu’mi maashihim wa bikasbihim iyyahu. Dengan demikian, kerusakan di laut bukanlah karena makhluq di dalam laut, melainkan karena ulah manusia kurang peduli terhadap ekologi lautan yang telah Allah taala ciptakan.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah taala
Lautan yang Allah taala ciptakan, senyatanya menyuguhkan banyak sekali kekayaan di dalamnya, seperti ikan dan terumbu karang. Hal tersebut Allah singgung di dalam QS. al-Nahl:14 yang berbunyi:
وَهُوَ الَّذِيْ سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوْا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَاۚ وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِه وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ١٤ ( النحل/16: 14)
Artinya: Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur. Yang dimaksud lautan di sini adalah perairan yang luas, baik tawar maupun asin, mencakup laut, danau, dan sungai yang luas. (An-Nahl/16:14).
Dalam Tafsir al-Showy Juz 2 karangan imam al-Showy dijelaskan, bahwa makna lahman thoriyyan ialah ikan yang diburu di dalam lautan. Bukan hanya ikan saja yang merupakan kekayaan laut, melainkan banyak sekali terumbu karang, mutiara dan permata yang tersimpan di dalamnya. Tentu, kekayaan di atas adalah anugerah Allah taala yang seharusnya dijaga. Terlebih apapun yang berada di dalam lautan Allah taala hukumi suci.
Sebagaimana dalam keterangan kitab Ibanatul Ahkam karangan sayyid Alawy bin Abbas dihadis no 1 bab ahkam al miyah Juz 1 perihal sabda Rosulullah shallallahu alaihi wa sallam (SAW):
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَأَلَ رَجُلٌ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّا نَرْكَبُ البَحْرَ ونَحْمِلُ مَعَنَا القَلِيْلَ مِنَ المـَاءِ فَإِنْ تَوضَّأْنَا بِهِ عَطِشْنَا، أَفَنَتَوَضَّأُ مِنْ مَاءِ البَحْرِ؟ فَقَالَ النَّبِيُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هُوَ الطَّهُوْرُ مَاؤُهُ الحِلُّ مَيْتَتُهُ.
Artinya: Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, “Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, dia berkata, ‘Sesungguhnya kami sedang berlayar di laut dan kami hanya membawa sedikit air, jika kami berwudu dengannya kami akan kehausan, apakah boleh kami berwudu dengan air laut?’ Maka Nabi bersabda, ‘Laut itu suci airnya dan halal bangkainya’.”
Maksud dari halal bangkainya yaitu hewan laut yang mati tanpa disembelih. Dengan demikian, laut memiliki kekayaan yang sangat besar. Mulai dari airnya sampai dengan semua isi yang berada di dalamnya. Oleh karena itu, syariat menekankan terhadap manusia untuk menjaga alam sebagai ekologi yang membantu manusia untuk memperoleh kehidupan sejahtera. Secara umum, manusia memiliki kewajiban untuk menjaga laut dan isinya dari berbagai ragam kejahatan yang muncul, karena termasuk tugas manusia adalah merealisasikan maqoshid al syariat yang salah satunya adalah menjaga harta atau hifdz al mal.
Hal ini termaktub dalam keterangan kitab Dhawabith al Maslahah fi al Syariat al Islamiyyah, karya syaikh Romdon al Buthi yang menegaskan maqasyid syariat berpedoman pada enam asas primer atau dikenal dengan mabadi’ al sittah, yaitu perlindungan agama (hifzu al din) perlindungan nyawa (hifzu al nafs), perlindungan intelektual (hifzu al-aqli), perlindungan garis keturunan/genealogi (hifzu al nasl), perlindungan finansial (hifzu al mal), dan perlindungan harga diri (hifzu al-irdhi). Dalam hal ini, penekanan mencegah untuk tidak mencuri ikan, menjaga terumbu karang dan ekosistem lautan ada;ah bagian dari perlindungan finansial (hifzu al mal).
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah taala
Dengan demikian, kami mengajak warga negara Indonesia untuk menjaga laut dengan menerapkan ecoliteracy yang berlandaskan pada dalil dan ibarot di atas. Adapun untuk mengaktualisasikannya, bisa dilakukan beberapa tips berikut; 1) adanya kerja sama antara pihak pemerintah dan masyarakat untuk menjaga ekologi laut, terutama pencurian ikan, 2) Pemerintah berusaha maksimal untuk memusatkan TNI angkatan laut untuk terus mengontrol kegiatan pencurian ikan, baik kapal dalam negeri atau luar negeri, 3) tidak memberikan pagar laut dengan sembarangan, karena hal tersebut bisa membunuh habitat ikan dan merusak ekosistem di dalamnya, 4) tidak mengotori laut dengan sampah, karena bisa merusak benih ikan dan kotornya air laut.
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ. بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَّ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللّٰهِ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِيْ اْلقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَ اللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْن.
Penulis: Mohammad Lathiful Wahab