ArtikelOPINIRAMADHAN

3 Titik Beda Puasa Ramadan dengan Puasa Umat Terdahulu, Catatan Ngaji Tafsir Tematik Gus Dhofir

Tuban, PCNU Online
Ramadan menjadi bulan yang istimewa bagi umat Islam. Selain ganjaran amal-amal yang dilipatgandakan, bulan istimewa ini juga ada ibadah khusus berupa puasa. Puasa dilakukan sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari selama sebulan penuh.

Tentang puasa, puasa sendiri bukan hal yang benar-benar baru. Puasa telah ada sebelum masa Nabi Muhammad Saw, bahkan juga dilakukan oleh agama Hindu, disebut dengan istilah upawasa, dan Buddha, disebut dengan istilah uposatha.

Kembali ke puasa umat sebelum Nabi Muhammad Saw. Sebenarnya apa saja sih yang membedakan antara puasa Ramadan umat Nabi Muhammad Saw. dengan puasa umat terdahulu?

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2): 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Dr. Ach Dhofir Zuhry, M.Fil, atau akrab dengan sapaan Gus Dhofir, pengasuh PP Luhur Baitul Hikmah Malang, dalam kajian Tafsir Tematik di kanal NU Online (3 Mei 2020). Saat menerangkan tafsir dari ayat tersebut, Gus Dhofir memberikan penjelasan bahwa yang membedakan antara puasa Ramadan dengan puasa umat terdahulu adalah Sahur, Tadarus, dan Tarawih.

Sahur

Sahur secara bahasa berasal dari akar kata “سحر” yang dimaknai Gus Dhofir sebagai remang-remang, atau redup. Sahur memang dilakukan pada saat masih gelap sebelum fajar terbit.

Umat terdahulu saat puasa tidak ada anjuran khusus sahur, sedangkan umat Islam saat puasa Ramadan dianjurkan untuk melakukan sahur, sebagaimana hadis riwayat Bukhari dan Muslim:

عن أنس رضي الله عنه قال صلى الله عليه و سلم: “تسحروا فإن في السحور بركة”

Artinya: “Diriwayatkan dari Anas ra, Rasulullah saw bersabda, “Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu mengandung keberkahan.”

Menurut Gus Dhofir, pesan tersembunyi dari sahur ini adalah membentuk kebiasaan baru, yakni membiasakan bangun di sepertiga malam terakhir untuk melakukan qiyam al-lail, bisa berupa baca Alquran, belajar (thalab al-ilm), dan merenung (tafakkur).

Tadarus Alquran

Tadarus merupakan aktivitas membaca Alquran, orang Jawa biasa menyebutnya nderes. Tadarus Alquran menjadi hal yang membedakan puasa Ramadan dengan puasa umat terdahulu. Tadarus kitab suci pada puasa umat terdahulu tidak terdapat anjuran khusus sebagaimana tadarus Alquran pada bulan ramadan.

Sebagaimana penjelasan Gus Dhofir, yang sering disalahpahami dari tadarus ini adalah sekadar membaca Alquran. Padahal, tadarus maknanya lebih dari itu. Makna dari tadarus sebenarnya adalah aktivitas dialog interaktif antara manusia dengan Tuhannya. Contoh yang mudah adalah ketika setelah akhir dari membaca Surah At-Tin, dianjurkan untuk menjawab dengan:

بلى وأنا على ذلك من الشاهدين

Berbicara tentang dialog dengan Tuhan, maka hal itu kurang maksimal, kecuali membaca Alquran tidak sekadar melafazkan ayat-ayatnya, namun juga disertai perenungan-perenungan atas kandungannya.

Kandungan ayat Alquran sendiri akan lebih mudah direnungi dengan cara mengkaji tafsir-tafsirnya. Artinya implementasi dari tadarus ini adalah pengembangan intelektual.

Tarawih

Salat tarawih yang dilaksanakan setelah salat Isya’ ini tidak ada pada umat sebelum Nabi Muhammad SAW. Tarawih secara bahasa berasal dari kata “راحة” yang berarti “istirahat”. Dinamakan tarawih, karena pada saat masa tersebut dilakukan secara santai, dan setiap 2 sampai 4 rakaat terdapat jeda istirahat.

Nabi Muhammad SAW. melakukan tarawih tidak hanya di masjid, tetapi juga di rumah. Gus Dhofir mengatakan bahwa Nabi salat tarawih 3 kali di masjid dan 3 kali di rumah. Salat tarawih Nabi di masjid dan di rumah ini mengisyaratkan bahwa kita juga perlu ibadah di rumah supaya rumah kita juga menjadi tempat yang berkah.

Kesimpulan

Ketiga titik yang membedakan antara puasa ramadan dengan puasa umat terdahulu ini, antara sahur, tadarus, dan tarawih saling berkaitan sehingga menguatkan makna dari ramadan. Sahur memiliki makna qiyam al-lail dan tafakkur. Tarawih kegiatannya juga berkaitan dengan tadarus, dan tadarus ini juga berkaitan dengan belajar.

Maka dari itu, hal yang spesial di puasa ramadan umat Nabi Muhammad Saw. adalah, puasa ini juga sebagai momentum pendidikan jiwa manusia itu sendiri.

Penulis: Izzulhaq At-Thoyyibi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button