ArtikelEssai Opini WawasanOPINI

Style Fashion adalah Jantung Generasi Z, Gaya Elit Ekonomi Sulit

Tuban, PCNU Online
Sejak dulu hingga sekarang style telah menjadi jantung pada pribadi manusia terlebih pada era generasi z ini, yang menjadi elemen krusial dalam berbagai aspek kehidupan. Bukan untuk style saja melainkan juga desain, tulisan, fashion, bahkan di kehidupan sehari-hari guna untuk mengekspresikan identitas dan citra seorang.

Tulisan ini menegaskan tentang style adalah jantung di era Generasi Z yang dikutip dalam Alquran dan hadis. Alquran menempatkan agar berpakaianlah dengan baik untuk menutupi auratmu dan merupakan perhiasan bagimu, dalam dunia fashion style menjadi tonggak utama dalam menciptakan trend dan citra masa kini. Karena sejatinya dengan seorang melihat kita dengan cara bergaya, dan berpakaian karena fashion adalah cerminan kepribadian, selera dan status sosial.

Style fashion bisa merujuk dan bisa mencerminkan gaya individu yang unik seperti halnya melalui pakaian aksesoris dan tata cara berpenampilan. Disisi lain style fashion juga mempunyai platform kreatif yang tidak semua orang bisa mengekspresikan dirinya dan tidak jarang seorang diidentifikasikan melalui style fashion-nya.

Perlu kalian ketahui bahwa gaya elit atau gaya hedonisme sering kali dipandang dalam konteks ekonomi yang kuat, seorang yang bergaya hedonisme biasanya memiliki individu yang termasuk dalam kelas sosial elit yang cenderung memakai brand yang mewah dan mengikutii gaya terkini.

Selalu terlihat berbeda dalam gaya style fashion-nya agar citra yang mereka miliki tetap terlihat tinggi. Mereka tidak akan merasa jika gaya hedonisme yang mereka alami bisa menjadi beban finansial yang berat dan besar pula, misalnya ia harus sanggup mengeluarkan banyak jumlah rupiah untuk memenuhi ekspektasi sosial, agar tetap bisa mempertahankan yang mereka miliki misalnya ia yang harus mampu membeli mobil mewah dan barang-barang branded yang ia beli.

Tidak hanya itu gaya hedonisme juga bisa berpengaruh dalam kesehatan mental individu pribadi masing-masing. Kehidupan manusia tidak ada yang tahu nasib baik dan buruk seseorang, juga takdir yang Allah berikan, Allah bisa saja menarik rezeki seseorang yang asalnya kaya menjadi miskin dan itu sudah terbukti banyak oleh orang yang terlalu berekspektasi tinggi dalam bergaya hedonisme. Jika mungkin ia terjebak dalam finansial yang saat itu rendah maka penyerangan mental dan fisik juga terkena imbasnya mereka yang sudah terbiasa dengan gaya hedonisme saat itu juga terpaksa gulung tikar yang menimbulkan kecemasan finansial yang sangat hebat, mereka akan merasa sangat terpuruk dan rendah diri untuk tetap memertahankan gaya hidup mewahnya maka jangan kaget jika akan berujung depresi.

Bergayalah sederhana seperti yang Rasulullah ajarkan. Tuntunan dan keinginan bisa saja disesuaikan dengan ekonomi. Terdapat satu kutipan bahwa “cukuplah hidupmu dengan penghasilanmu” artinya dalam ranah ekonomi pribadi seorang dan keluarga sangatlah perlu adanya strategi dan mengendalikan nafsu yang mana bisa membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya keinginan saja. Sebagaimana yang terdapat dalam Alquran:

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً اِلٰى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوْمًا مَّحْسُوْرً

Artinya: Janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan jangan (pula) engkau mengulurkannya secara berlebihan sebab nanti engkau menjadi tercela lagi menyesal.

Selanjutnya kedua ungkapan ayat tersebut bisa dimaknai dengan alasan bahwa jangan berlaku bakhil atau kikir sehingga enggan memberikan hartanya kepada orang lain dan larangan berlaku boros dalam membelanjakan harta, sehingga melebihi apa yang ia mampu.

Dan hadis yang diterangkan oleh Rasulullah disebutkan dalam sebuah hadits at-Tirmidzi, Rasulullah SAW tidak pernah memiliki banyak makanan dalam kesehariannya kecuali saat menjamu tamu.
Dari Malik bin Dinar ra. dia berkata:

مَا شَبِعَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ خُبْزٍ قَطُّ وَلاَ لَحْمٍ إِلاَّ عَلَى ضَفَفٍ

Artinya: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah merasakan kenyang karena makan roti atau kenyang karena makan daging, kecuali jika sedang menjamu tamu (maka beliau makan sampai kenyang)” (HR. Tirmidzi).

Bahkan, Rasulullah SAW dalam doanya meminta rezeki kepada Allah SWT sesuai kebutuhan pokok secukupnya saja. Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW berdoa yang bunyinya sebagai berikut:

اللَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ قُوتًا

Artinya: “Ya Allah, jadikan rezeki keluarga Muhammad berupa makanan yang secukupnya.” (HR. Muslim).

Kedua hadis ini memperkuat perjalanan yang dilalui oleh Nabi Muhammad SAW dalam kesederhanaannya.

Penulis: Rii’a Maulida, Mahasiswi UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button