Berita

Silaturahmi Manuskrip, Ketua PCNU Tuban Sambangi Ponpes Al-Ittihad An-Nawawi

Tuban, PCNU Online

Pada Ahad (20/07/2024), Ketua Tanfidziyah PCNU Tuban, KH Ahmad Damanhuri sambangi Pondok Pesantren Al-Ittihad An-Nawawi Rengel, Tuban, dalam rangka silaturrahmi dan diskusi perihal Khazanah keilmuan para sesepuh dan ulama zaman dulu.

Kunjungan tersebut bertepatan dengan kedatangan Tim Manuskrip Qomaruddin, BRIN dan Tim EAP yang akan mendigitalisasikan 23 manuskrip, 6 manuskrip dari Pondok Pesantren Al-Ittihad An-Nawawi, dan 17 dari Nguruhan melalui Gus Burhan.

Selaku tuan rumah, Gus Ghufron Zamroni (Gus Oni) menyambut upaya baik dari PCNU Tuban, Tim Turots Sampurnan, BRIN dan EAP dalam melestarikan warisan keilmuan para masyayikh. “Dari mengkaji ini kita juga akhirnya bisa mengetahui jaringan Pesantren dan jaringan keilmuan para ulama terdahulu,” tutur Gus Oni.

Sejak bakda isya hingga larut malam, Gus Oni, KH. Damanhuri, beserta beberapa ahli dari Tim Turots Qomaruddin, dan BRIN berdiskusi mengenai turots yang ada di Pondok Pesantren Al-Ittihad An-Nawawi, yang banyak didominasi karangan KH. Abu Ishaq Al-Madyani, ayah dari KH. Nawawi atau lebih dikenal dengan KH. Sholeh Tsani Sampurnan.

Perwakilan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Agus Iswanto menerangkan bahwa banyak Khazanah keilmuan yang bisa didapatkan dari manuskrip tinggalan dari KH. Abu Ishaq Al-Madyani.

“Banyak dari kitab-kitab yang didigitalisasi ini tergolong kitab ‘berat’. Ada kitab Fikih, Hadits, tasawwuf, tauhid dan sebagainya,” tutur Agus Iswanto.

Sementara itu, KH. Damanhuri mengatakan bahwa menjaga warisan keilmuan para sesepuh merupakan keharusan agar keilmuan itu tetap terjaga dan menjadi jariyah.

“Menjaga warisan keilmuan juga merupakan jariyah. Menjaga keilmuan para masyayikh agar terus dapat diajarkan dan diwariskan secara turun temurun,” Kata KH. Damanhuri.

Selain itu juga, mereka juga membahas beberapa jaringan turots Tuban. Mereka bersepakat bahwa terdapat hubungan yang erat antara beberapa Pondok Pesantren yang ada di Tuban dengan di Gresik. Selain karena sanad keilmuan, juga terdapat hubungan keluarga.

Pada gilirannya, Penanggung Jawab Lajnah Turats Sampurnan, K. Mudlofar Usman menuturkan bahwa upaya pelestarian manuskrip Sampurnan ini mempunyai beberapa tujuan, diantarnya pengabdian keilmuan para masyayikh, silaturrahmi, menjaga jariyah keilmuan, mencari jejak sanad, serta menggali nilai-nilai perjuangan para masyayikh.

“Dari penyelamatan manuskrip ini kita bisa mendapat banyak hal. Karena itu penting untuk dilakukan. Untuk melakukannya, butuh dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak. Tidak bisa sendirian,” tutur K. Mudlofar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button