Antologi NUArtikel

Muskercab ke-1 PCNU Tuban dan Kesungguhan Menjadi Santri Mbah Hasyim

Tuban, PCNU Online
Musyawarah Kerja ke-1 Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) masa khidmat 2023-2028 akan digelar Sabtu (13/5/2023). Bertampet di Pondok Pesantren Sunnatunnur, Kecamatan Senori. Agenda untuk menentukan langkah organisasi ini mengusung tema: Menjaga Soliditas, Mewujudkan Kemandirian Organisasi.

Seperti apa langkah PCNU satu periode ke depan, atau minimal dua tahun ke depan, patut dinanti. Terlebih, terpilihnya KH Ahsan Ghozali sebagai rais syuriah dan KH Ahmad Damanhuri sebagai ketua tanfidziyah merupakan representatif wajah baru PCNU Tuban.

Kenapa minimal dua tahun. Sebab dua tahun adalah waktu ideal untuk melihat perubahan awal. Rumus penjelasnya cukup sederhana. Waktu dua tahun dibagi menjadi tiga. Yakni, setengah tahun pertama dan setengah tahun berikutnya, kemudian tahun kedua.

Relate dengan agenda Muskercab ke-1 yang akan segera digelar, waktu setengah tahun pertama adalah periode konsolidasi internal dan menyiapkan program. Tahapan inilah yang sudah dan sedang akan berjalan. Sebagaimana ditegaskan Kiai Ahsan dan Kiai Ahmad Damanhuri dalam setiap kesempatan. Bahwa setiap yang menjadi pengurus harus siap sedia khidmat di PCNU dan memiliki kesamaan nilai, yakni mewujudkan kemandirian organisasi. Artinya, menjadi pengurus NU tidak hanya nunut urip. Jika program sudah disepakati dalam Muskercab ke-1 nanti, maka harus dijalankan. Tidak ada ruang untuk alasan.

Semua memahami bahwa menjadi pengurus adalah khidmat terhadap NU. Meniatkan diri menjadi santrinya Hadratussyeikh Hasyim Asyari. Karenanya, jika ada yang memiliki niat lain, lebih baik tata diri lagi. NU tidak butuh kita, tapi kitalah yang membutuhkan NU.

Di kepengurusan yang baru ini, banyak PR yang harus diselesaikan. Mulai penataan aset organisasi, pendidikan, penguatan amaliah NU, hingga penataan ekonomi yang menjadi fondasi dalam mewujudkan kemandirian organisasi.

Sejauh penulis mengamati. Perihal penataan pendidikan di lembaga pendidikan Maarif, NU masih kalah jauh dengan yang lain. Jangankan membandingkan dengan SDIT-SDIT dan sekolah-sekolah modern yang berkembang amat pesat, dengan Muhammadiyah pun sepertinya masih kalah manajemen. Pun demikian di jenjang perguruan tinggi. Seingat saya, sudah lebih dari 15 tahun pendirian universitas digagas. Namun, sampai saat ini belum mampu direalisasikan. Harus diakui memang sudah berkembang, tapi lamban. Dibutuhkan orang-orang yang berani untuk mendobrak perubahan.

Soal fundamental NU, juga tidak kalah penting untuk dirumuskan. Meski memiliki basis massa terbanyak, namun soal fundamental—yang menjadi kekuatan ekonomi NU masih belum bisa berbicara banyak. Memang, dibanding 10-20 tahun lalu, NU Tuban sudah berkembang. Namun, dengan basis massa yang amat banyak ini, harus bisa berkembang lebih pesat—melebihi ekspektasi orang-orang.

Dan problem sosial yang sering luput adalah prosoalan politik. Entah apa yang menjadi soal. Dari NU struktural hingga kultural sering kali tidak sejalan. Untuk itu, barisan harus kembali dirapatkan.

Setelah internal solid dan menuntaskan rancanagan program untuk satu periode ke depan. Waktu satu setengah tahun berikutnya adalah eksekusi program. Pada rentang waktu inilah program yang sudah dirumuskan harus tampak jalan. Setidaknya mulai bergerak. Tidak stagnan.

Berikutnya, di tahun kedua adalah evaluasi. Baik evaluasi program maupun perorangan. Hemat saya, di tahun kedua ini akan tampak jelas: mana program yang jalan dan mana-mana orang yang hanya nunut pelantikan. Khusus untuk orang-orang yang hanya nunut pelantikan.

Tidak sabar menunggu perubahan NU Tuban ke depan. Sekarang sudah baik, semoga ke depan semakin lebih baik.
Tabik.

Penulis: Ahmad Athoillah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button