ArtikelOPINIPUSTAKAQURANRAMADHAN

Filosofi Tanah dan Api, Penafsiran Gus Mus Terhadap QS. Shad (38): 76

Tuban, PCNU Online
Sang Khalik menciptakan makhluknya dari materi yang berbeda-beda. Malaikat diciptakannya dari cahaya, iblis / setan diciptakan dari api, dan manusia diciptakan dari tanah.

Singkat cerita, Tuhan menciptakan Iblis terlebih dahulu daripada manusia. Pada saat manusia pertama diciptakan, yakni Nabi Adam As, Tuhan memberikan keunggulan kepada Nabi Adam As. Berupa ilmu. Karena keunggulan itu, Tuhan memerintahkan para makhluk pada saat itu untuk bersujud kepada Nabi Adam As. Seluruh makhluk taat pada perintah tersebut kecuali Iblis, sebagaimana terdapat dalam QS. Shad (38): 76.

قَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ ۝٧٦

Artinya: “Aku lebih baik darinya, karena Engkau menciptakanku dari api, sedangkan Engkau menciptakannya dari tanah.”

Dalam ayat tersebut, dikisahkan bahwa Iblis tidak mau bersujud kepada Nabi Adam As, karena menurut argumennya, materi api yang digunakan oleh Allah untuk menciptakannya lebih baik daripada materi tanah yang digunakan untuk menciptakan Nabi Adam As. Karena merasa lebih baik, Iblis gengsi untuk menghormati Nabi Adam As.

Soal materi penciptaan iblis, setan, dan manusia ini, terdapat penafsiran menarik yang diuraikan oleh ulama dan seniman asal Rembang, KH. A. Mustofa Bisri, yang terdapat dalam buku Saleh Ritual Saleh Sosial. Kiai yang akrab disapa Gus Mus ini menguraikan tanah dan api dari segi filosofinya.

Tanah dan Api

Awal penjelasan dari filosofi dan api ini, Gus Mus memberikan gambaran sebuah benda bernama tembikar. Tembikar sendiri merupakan benda yang dibuat dari tanah liat dengan cara dibakar / dipanaskan kemudian dilapisi porselen.

Sebagaimana diketahui, tanah liat adalah satu jenis tanah yang bersifat lemas, tidak kaku, tidak mudah patah, dan mudah dibentuk. Sifat-sifat tersebut tidak berubah kecuali setelah tanah liat tersebut dipanaskan dengan api. Setelah dipanaskan dengan api, tanah tersebut akan berubah menjadi kaku, rentah patah, dan tidak bisa dibentuk lagi.

Meski direndam air berhari-hari, tanah yang sudah menjadi kaku tersebut tidak bisa kembali menjadi lemas seperti semula.

Filosofi Tanah dan Api sebagai Materi Penciptaan Manusia dan Iblis

Kembali ke manusia dan iblis. Saat Iblis menentang perintah Allah untuk bersujud pada Nabi Adam As, Iblis dikutuk oleh Allah. Meskipun Iblis menerima kutukan dari Allah, namun dia masih bernegosiasi dengan Allah. Negosiasi tersebut adalah permintaan Iblis untuk diberi kesempatan menggoda dan mempengaruhi manusia ke jalan-jalan keburukan.

Kisah ini dapat ditemukan salah satunya dalam QS. Al-‘Araf (7): 14-17.

قَالَ اَنْظِرْنِيْٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ ۝١٤ قَالَ اِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَ ۝١٥ قَالَ فَبِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ۝١٦ ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ ۝١٧

Artinya: “14. Ia (Iblis) menjawab, “Berilah aku penangguhan waktu sampai hari mereka dibangkitkan. 15. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi penangguhan waktu. 16. Ia (Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. 17. Kemudian, pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”

Dari ayat tersebut, terdapat indikasi yang jarang disadari oleh manusia. Gus Mus menguraikan:

“Rupanya, setan tahu dan sadar benar akan kekuatan pengaruhnya. Pengaruh api atas tanah liat. Apalagi bila api itu mendatangi dari depan, belakang, kanan, dan kiri. Tinggalah si tanah liat itu sendiri, tahu dan sadarkah ia akan bahaya sang api, di samping mengetahui dan menyadari keliatannya sendiri.”

Sebagaimana tanah liat yang lemas menjadi kaku, manusia yang berakhlak baik juga bisa menjadi buruk (angkuh, sombong, dsb). Karena kaku, maka tanah akan susah dibentuk, begitu juga manusia akan susah menerima kebaikan ketika hatinya keras. Kaku dan susah dibentuk, tanah akan semakin rentan patah, begitu juga manusia yang memiliki hati keras, maka dia akan semakin dekat dengan kehancuran dan penderitaan.

Namun, perlu diperhatikan bahwa tetap ada hal yang membedakan tanah liat dan manusia. Jika tanah liat yang dibakar menjadi kaku, kemudian tidak bisa kembali lagi seperti semula. Maka manusia yang menuruti godaan setan kemudian hatinya mengeras, dia tetap bisa kembali ke setelan pabrik (semula), dengan cara bertaubat dan riyadlah (latihan spiritual).

Penulis: Izzulhaq At-Thoyyibi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button