Nurul Fahmi, Ketua LTN PCNU Tuban yang Rutin Menulis Buku

Tuban, PCNU Online
Sudah belasan karya buku dihasilkan Nurul Fahmi, Ketua Lembaga Ta’lif Wan Nasyr (LTN) PCNU Tuban ini. Sebagai santri, rata-rata karyanya bertemakan kajian keislaman dan dalam lingkup pesantren.
Bagi Gus Fahmi, menjadi penulis adalah tantangan tersendiri. Seperti jamaknya penulis pemula. Hal pertama yang paling berat adalah memulai. Namun, ketika sudah dimulai dan menjadi kebiasaan. Menulis menjadi hal yang amat menyenangkan.
Diutarakan dia, motivasinya menjadi penulis, itu setelah melihat orang-orang saleh yang namanya tertera sebagai pengarang kitab. Dari situ, kemudian ingin menjadi penulis. “Bedanya, ulama-ulama terdahulu menulis kitab, saya berusaha menulis buku,” kata Gus Fahmi.
Apa yang disampaikan Gus Fahmi sungguh benar. Jika ditelisik lebih dalam, tulis menulis adalah tradisi salafus saleh, dari generasi sahabat hingga sekarang. Kegiatan literasi ini telah berkontribusi besar terhadap perkembangan Islam di dunia. Alquran, Asunnah, dan banyak kitab-kitab lainnya adalah bukti bahwa literasi adalah hal yang amat penting dalam “mengikat” ayat-ayat suci Alquran hingga berbagai ilmu pengetahuan.
Diutarakan Gus Fahmi, benih-benih keinginan menjadi penulis itu mulai saat menjadi dosen. Tepatnya pada medio 2015. Waktu itu, keinginannya memiliki karya sangat besar. Sehingga begitu semangat untuk merealisasikan.
Selain dorongan dari internal—diri sendiri, juga terlecut dari kebiasaan dan tradisi santri Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri, yang begitu menyuburkan tradisi literasi di kalangan santri. Rata-rata alumni Lirboyo sukses menghasilkan karya, baik menulis kita maupun buku secara umum.
Sebagai alumni Lirboyo, dia pun memiliki komitmen menghasilkan karya. “Dan biarpun sederhana, tulisan tetaplah karya,” terang pengurus Pondok Pesantren Al Masyithoh Manbail Futuh, Jenu itu.
Setidaknya, jika ditotal dari 2015 hingga sekarang, kurang lebih 14 karya sudah dihasilkan Gus Fahmi. Dan rata-rata bernuansa islami dengan latar belakang pesantren. 14 karya itu, enam karya pribadi dan delapan karya kolaborasi dengan berbagai penulis.
Di antara karya pribadinya, Senjata Santri terbit 2015, Mudah Menulis Bahasa Arab (2017), Terompah Kiai (2018). Selanjutnya, Kamus Istilah Nahwu Sharaf (2021), Jawahirus Sunnah (2022), dan yang terbaru, terbit awal tahun ini berjudul al Arabiyyah al Muyassarah.
Dari sekian karya yang sudah dihasilkan, yang paling laku keras adalah Senjata Santri. Setidaknya, hingga sekarang sudah ribuan eksemplar tejual. Terakhir sudah cetakan ke sembilan. Dan sudah menyebar ke mana-mana. “Alhamdulillah,” tutur pria yang juga dosen di Institut Pesantren Sunan Drajat (INSUD) Lamongan itu.
Lebih lanjut Gus Fahmi menuturkan, setelah rutin menulis, dan sudah bisa dikatakan sebagai penulis, kini dirinya menarget, minimal saban tahun menerbitkan satu karya.
Penulis: Ahmad Atho’illah
Sumber: Diolah dari Jawa Pos Radar Tuban Edisi 6 April 2023