
Tuban, PCNU Tuban
Nahdlatul Ulama (NU) dan cerita: dua hal berbeda, tetapi seolah berjalan beriringan. Khalayak NU memang suka sekali dengan cerita lucu. Bahkan tidak jarang orang NU menyelesaikan persoalan dengan menyelipkan kelucuan-kelucuan agar tidak tegang.
Muktamar NU ke-34 di Lampung bisa jadi contohnya: saat ketegangan proses penghitungan suara dalam pemilihan Ketua Umum PBNU Periode 2021-2026, di tengah perhatian peserta dan sorot kamera media-media nasional mendadak muncul pengumuman dari panitia.
“Izin para kiai yang tadi shalat subuh sebelah kiri sandalnya merasa tertukar mohon sandalnya mungkin tertukar sebelah,” begitu panitia mengumumkan.
Sejenak semua terdiam saat pengumuman. Dan berubah menjadi gerrr…gerrr…an usai pengumuman dibacakan. Tidak ada yang marah. Meski acara sepenting itu harus dijeda dengan pengumuman sandal yang tertukar.
Hidup di kalangan nahdliyin memang harus siap dengan cerita-cerita lucu. Mulai dari cerita seorang santri yang lari tunggang langgang karena kaget setelah meminta join (istilah untuk berbagi) rokok kepada seseorang yang ternyata adalah kiainya, sampai cerita yang disampaikan Gus Baha di salah satu pengajiannya.
Gus Baha berbagi cerita yang dia dapat dari Ayahnya, KH Nursalim. Konon, seorang santri kebetulan bertubuh bongsor melihat seseorang yang melintas di depannya ketika di pesantren Sarang.
Tanpa pikir panjang santri ini langsung merangkulnya dan bertanya: “Kowe cah ngendi, Kang?” (kamu anak mana, Kang?)
Santri yang dirangkul itu kebetulan bertubuh lebih kecil. Menoleh kepada santri bongsor itu sambil tersenyum.
Bisa dibayangkan betapa pucatnya wajah santri bongsor itu, setelah tahu yang dirangkul ternyata bukan seorang santri, melainkan Kiai Zubair Dahlan (ayah KH Maimun Zubair), yang tidak lain adalah kiai pengasuhnya sendiri.
“Repot musuh santri mbiyen,” cerita Gus Baha disambut tawa para jamaah.
Kejadian-kejadian unik seperti cerita di atas merupakan hal biasa. Apalagi pesantren merupakan medan tempa bagi orang-orang yang ingin berubah baik dengan cara yang santai. Jadi, jangan takut masukan buah hati Anda ke pesantren.
Penulis: Edy Purnomo (Direktur Media Center PCNU Tuban)