Sumpah Pemuda, Semangat Ansor: Menjaga Tradisi, Mengokohkan Persatuan, Membangun Peradaban
Tuban, PCNU Online
Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia kembali menyalakan obor semangat yang diwariskan para pendahulu — Sumpah Pemuda. Ikrar suci yang lahir dari keberanian, keikhlasan, dan kecintaan para pemuda terhadap tanah air. Mereka berikrar satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia!
Bagi kader Ansor dan pemuda Islam masa kini, Sumpah Pemuda bukan sekadar peringatan sejarah. Ia adalah panggilan perjuangan untuk terus menjaga iman, persatuan, dan keindonesiaan di tengah derasnya arus perubahan zaman.
Kita dipanggil bukan hanya untuk mengenang, tetapi untuk bergerak — berkhidmah — dan meneruskan nyala api perjuangan itu dengan karya nyata.
Pemuda Islam: Penjaga Persatuan dan Peradaban
Sumpah Pemuda lahir dari kesadaran bahwa perbedaan suku, adat, dan bahasa bukanlah pemisah, melainkan kekuatan pemersatu bangsa. Semangat itu sejalan dengan ajaran Islam tentang ukhuwah — persaudaraan yang melampaui batas kelompok dan golongan.
Sebagai kader Ansor, kita mewarisi nilai itu dalam bentuk nyata: berdiri di garis depan menjaga NKRI dan Ahlussunnah wal Jamaah. Pemuda Islam harus menjadi penjaga moral, perekat umat, dan pelopor perubahan sosial, hadir di tengah masyarakat dengan wajah Islam yang ramah, bukan marah.
Islam dan Nasionalisme: Dua Sayap Kekuatan
Bagi Ansor, Islam dan nasionalisme bukan dua jalan yang berseberangan, melainkan dua sayap yang mengangkat bangsa ini menuju kemuliaan. Para kiai pejuang telah meneladankan bahwa membela tanah air adalah bagian dari iman — hubbul wathan minal iman.
Maka cinta tanah air harus diwujudkan dengan pengabdian, kepedulian, dan keteladanan Bukan cukup dengan slogan, tapi dengan aksi nyata — menebar kebaikan, menegakkan keadilan, dan memperjuangkan kemaslahatan.
Menjaga Tradisi, Menyongsong Kemajuan
Tradisi keislaman Nusantara — tahlilan, shalawatan, gotong royong, dan hormat kepada guru — adalah jiwa bangsa yang membumi. Namun di era modern ini, banyak tradisi mulai terpinggirkan oleh budaya instan dan individualistik.
Kader Ansor harus hadir sebagai penjaga tradisi dan pelopor inovasi. Sebagaimana kaidah ulama yang menjadi pedoman kita:
المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح
“Memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik.”
Inilah watak Aswaja yang sejati: menjaga warisan ulama tanpa menutup diri dari kemajuan zaman.
Pemuda Ansor: Pelopor Harapan dan Masa Depan
Pemuda adalah cermin masa depan bangsa. Bila semangat dan akhlaknya kuat, maka bangsa ini akan tegak. Kader Ansor harus menjadi garda terdepan dalam keilmuan, sosial kemasyarakatan, dan ketahanan moral bangsa.
Perubahan besar tidak lahir dari kekuatan fisik, tapi dari jiwa yang ikhlas, pikiran yang cerdas, dan niat yang lurus. Pemuda Islam yang berjiwa Ansor harus berani tampil: membela yang lemah, menjaga persaudaraan, dan menjadi suluh di tengah kegelapan zaman.
Penutup: Dari Sumpah Pemuda ke Semangat Khidmah
Refleksi Sumpah Pemuda mengingatkan kita bahwa kemerdekaan dan kemajuan bangsa tidak lahir dari kemewahan, melainkan dari perjuangan dan pengorbanan. Kini tugas itu berada di pundak kita — pemuda Islam, kader Ansor, generasi penerus para pejuang.
Mari teguhkan niat dan semangat: Menjaga tradisi, memperkuat persatuan, dan membangun peradaban. Sebab selama pemuda Islam masih menyala dengan semangat Ansor, Indonesia tak akan pernah padam!
Penulis: Wakil Sekretaris PC GP Ansor Tuban.





